''APABILA KAMU SEKALIAN TAAT KEPADA'NYA MAKA KAMU SEKALIAN AKAN MENDAPAT PETUNJUK''
Dan juga dalam surat al ankabut :69: ''DAN ORANG ORANG YANG BERMUJAHADAH (BERSUNGGUH-SUNGGUH) MAKA KAMI AKAN MENUNJUKI MEREKA JALAN-JALAN KAMI, DAN SESUNGGUHNYA ALLAH BESERTA ORANG ORANG YANG BERBUAT BAIK''.
TAHAPAN DAN RAMBU RAMBU MENGAWALI PERJALANAN RUHANI
Ibarat sebuah perjalanan panjang jika
kita ingin mengarungi perjalanan maka agar selamat sampai tujuan,
diperlukan rambu rambu yang mempermudah dan sekaligus menjaga agar
selamat sampai tujuan dan tidak tersesat. Demikian juga dengan perjalan
rohani kita perlu mengenal lebih dulu rambu rambunya .Syeikh Ibn
‘Athailla as sakandari dalam al Hikam nya ( yang kemudian diberi
penjelasan oleh Syeikh Sa’id hawa ) berkata :
''SALAH SATU KEBERHASILAN PADA AKHIR PERJALANAN (tasawuf) ADALAH KEMBALI BERSANDAR KEPADA ALLAH SEJAK PERMULAAN ''.
''SALAH SATU KEBERHASILAN PADA AKHIR PERJALANAN (tasawuf) ADALAH KEMBALI BERSANDAR KEPADA ALLAH SEJAK PERMULAAN ''.
Syeikh Ibn ‘Athaillah menekankan bahwa
jika ingin kesudahan perjalan dengan benar, maka mulailah dengan
permulaan yang benar pula. Awal pendakian yang benar adalah jika
seseorang berpijak kepada petunjuk Allah. Bila perjalananmu diawali
dengan kembali kepada Allah maka kesudahan akan menjadi baik dengan izin
Allah.
Menurut syeikh Sa’id Hawa Kembali
kepada ALLAH ketika mulai berjalan menuju Allah lebih dari satu macam
bentuk dan pengertian. Bisa bermakna kembali kepada hukumNYA, hingga awal
perjalanan hendaknya sesuai dengan hukum syariat’.Apabila engkau
berangkat tidak dari hukum syariat’ maka engkau tidak akan sampai pada
kesudahan yang benar, Jadi kita mesti berhukum dengan dasar syariat’ sejak
titik keberangkatan, dan hal ini akan tercapai jika diperoleh ilmu yang
dapat menjaga agar tidak jatuh dalam kesalahan atau kesesatan. seperti
kata sebuah ungkapan ahli hikmah :
''BARANG SIAPA YANG BERTASAWUF TETAPI TIDAK BERFIQIH, MAKA IA TELAH ZINDIQ (ATHEIS). DAN BARANG SIAPA YANG BERFIQIH NAMUN TIDAK BERTASAWUF MAKA IA TELAH MENJADI FASIQ''
''BARANG SIAPA YANG BERTASAWUF TETAPI TIDAK BERFIQIH, MAKA IA TELAH ZINDIQ (ATHEIS). DAN BARANG SIAPA YANG BERFIQIH NAMUN TIDAK BERTASAWUF MAKA IA TELAH MENJADI FASIQ''
Juga sebuah petuah para syeikh : Wahai anaku jadilah ahli hadits yang sufi, dan janganlah menjadi sufi yang ahli hadits.
Karena itu mulailah dengan ilmu setelah
itu bertasawuf, seorang yang mengawali dengan ilmu lantas bertasawuf maka
ia berjalan dengan bashirah (pandangan hati), dan ia tidak membawa
berbagai nash ke dalam tasawuf. Adapun orang yang memulai dengan tasawuf
dan kemudian baru ilmu, terkadang ia mendudukan nash-nash tidak dengan
proporsinya.
Makna yang lain adalah : sebelum
melakukan sesuatu seseorang hendaklah istikharah (mohon pilihan yang
sesuai) kepada Allah. Konsep kembali kepada Allah pada awal perjalanan
meliputi istikharah, menyempurnakan hubungan dengan Allah, dan bersandar
kepadaNYA dalam menekuni sesuatu yang kita inginkan, hingga kita merasa
tenang karena Allah ridho ketika kita menempuh perjalanan ini.
Konsep kembali kepada Allah itulah menjadi salah satu rambu pokok dalam menempuh perjalan rohani
Selanjutnya Didalam Buku ''Jalan Kearifan
sufi'' Secara sistimatis ilmiah, DR.Yunasril Ali MA memberi gambaran
sistematis bila seorang mau mengawali perjalanan rohani TASAWUF :
menurut beliau ada dua tahap dalam upaya yang dapat dilalui oleh
penempuh perjalanan :
Tahap Pertama : melalui berbagai amal
yang dapat menyucikan qalbu. Bagian ini biasa disebut tasawuf ‘amali
(tasawuf praktis). Al gazali menyebutnya ilmu amalah ( pengetahuan
praktis). tasawuf tahap pertama ini terdiri dari dua bentuk. kesatu dalam
bentuk disiplin diri dan peningkatan amal-amal qalbu. Disini si salik
(penempuh jalan rohani) berupaya mensucikan qalbunya dari segala bentuk
ikatan duniawai (yang berlebihan) sehingga secara bertahap kesucian
rohaninya akan meningkat dari satu maqam ke maqam yang lebih
tinggi, berbarengan semakin tinggi pula keluhuran akhlaknya. Karena itu
tasawuf dalam tahap ini disebut tasawuf akhlaqi ( tasawuf akhlaq). Pada
maqam tertinggi sisalik akan terbebas dari belengu belenggu material
sehingga dia benar benar merasakan hidup bersama Allah.
Bentuk kedua dari tahapan tasawuf ‘amali
adalah ; dalam bentuk amal amal jasmani berupa shalat, puasa, zikir ,
wirid dana lainya ( menurut syariat islam ). Disini sisalik akan
berupaya segala amal tersebut dalam tiga disiplin ; Syariah, thariqah
dan hakikah. pada disiplin syariat salik berupaya segala bentuk amal
sesuai dengan hukum legal formal (sesuai dengan syariat islam), Tidak
hanya itu amal amal itu harus dapat dilakukan secara sempurna dan tepat
sesuai petunujuk guru/pembimbingya. Dengan melaksanakan segala amal itu
secara sempurna, maka salik akan mencapai tujuan amal itu dalam disiplin
haqiqah. Dan muara segalanyan itu adalah pada MA’RIFAT ALLAH (mengenal
Allah) secara langsung melalui mata bathin. tasawuf bentuk kedua ini
disebut Tassawuf ‘Ubudi ( tasawuf ibadah ). Amal amal dalam tasawuf
ibadah ini adalah amal untuk menopang menyucian rohani, sehingga si
salik bisa secepatnya sampai pada tujuan yakni Allah.Dalam disiplin
tasawuf segala amal itu harus dilakukan secara sungguh-sungguh (mujahadah) dan dengan pelaksanaan yang teratur (Riyadhah). Denga melalui
jalan itulah salik akan mencapai musyahadah ( penyaksian
ketuhanan). istilah musyahadah identik dengan dengan ma’rifah yakni
penyaksian tuhan secara langsung, namun bukan secara fisik tetapi melalui
rohani.Alqur’an menyebutnya LIQA’(pertemuan), seperti diungkapkan
dalam ayat :
''BARANG SIAPA MENGHARAP PERTEMUANYA DENGAN TUHANNYA, MAKA HENDAKLAH IA MELAKSANAKAN AMAL SALEH DAN JANGANLAH IA MENYEKUTUKAN SESUATU PUN DALAM BERIBADAH KEPADA TUHANNYA ( Surat al Kahf 18 : 110 ).
''BARANG SIAPA MENGHARAP PERTEMUANYA DENGAN TUHANNYA, MAKA HENDAKLAH IA MELAKSANAKAN AMAL SALEH DAN JANGANLAH IA MENYEKUTUKAN SESUATU PUN DALAM BERIBADAH KEPADA TUHANNYA ( Surat al Kahf 18 : 110 ).
Tahap kedua : Ketika perjalanan rohani
salik telah mencapai tahap tahap puncak, disini ia akan menemukan
berbagai pengalam rohani yang unik, yang sebagian dapat diungkapkan
kepada khalayak umum sementara yang lain tidak karena keterbatasan
media bahasa untuk mengungkapkannya, maka pada tahap ini sufi hanya
bisa berdiam diri atau mengatakan :''RASAKAN SENDIRI BARU ANDA MENGERT''. Sehubungan dengan inilah Abu huraiyah r.a menerima hadis dari nabi
saw: ''aku menghapal dua wadah ilmu dari rosulullah saw. Yang satu
kuterangkan dan yang lain (Tidak kuterangkan), seandanya kuterangkan
maka leherku akan dipotong orang'' (HR.Bukhari)
Tasawuf tahap ini disebut tasawuf
nazhari (taswuf teoritis) atau tasawuf falsafi (tasawuf filosofis)
dimana salik atau sufi telah mencapai pertemuan rohani dengan tuhan,
merasakan kehdiran Allah dan mendapatkan pengalaman rohani yang begitu
kaya bersamaNYA. menurut al gazali inilah puncak kebahagiaan yang oleh
insan dalam hidupnya. Pengetahuan yang diperoleh dari pertemuan dengan
Allah biasa disebut : ‘ILMU AL LADUNNI (pengetahuan yang bersumber
langsung dari ALLAH) atau ‘ILMU AL ASRAR (pengetahuan rahasia). Al
ghazali menyebutnya ‘ILMU MUKASYAFAH (pengetahuan yang merupakan hasil
tersingkapnya hijab antara manusaia dan ALLAH).
Syeikh Zainudin Bin Ali al
Malibary, menjelaskan tahapan dalam menempuh tasawuf lebih rinci dan
menurut saya mungkin lebih mudah difahami dalam praktek antara lain
beliau memberikan kata hikmah yang dikenal dengan ''SEMBILAN WASIAT'' Barang siapa yang sengaja memasuki jalan (yang ditempuh) para
wali, maka hendaklah melaksanakan wasiat-wasiat ini dan sekaligus
mengamalkan.
Bila sembilan wasiat itu sudah
diamalkan, maka ia dibukakan hatinya oleh Allah pada pintu
kefahaman, dilapangkan dadanya dengan ilmu-ilmu yang dapat menyingkapkan
tabir yang menutup hatinya dalam berhubungan dengan Allah, sehingga
tampaklah nur ma’rifatbillah.
- TAUBAT
- QONA’AH
- ZUHUD
- MEMPELAJARI ILMU SYAR’IAT
- MEMELIHARA AMALAN AMALAN SUNAT
- TAWAKAL
- IKHLAS
- UZLAH
-
MEMELIHARA WAKTU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar